Salam
PASIBRAKA………
Jantung
berdetak kencang dikala melihat sang saka. Sebelumnya aku tidak pernah
merasakan hal seperti ini. Perasaan yang seharusnya memang selalu dirasakan
oleh setiap putra, putri bangsa saat melihat bendera Merah Putih. Mungkin jika aku
tidak menjadi seorang PASKIBRAKA sampai saat ini aku tidak akan merasakan bahwa
betapa pentingnya bendera Merah Putih bagi bangsa ini. Perjuangan yang tidak
hanya mengeluarkan keringat, bahkan darah pun rela mereka (para pahlawan)
keluarkan demi membela bangsa ini.
Berbicara
masalah bendera memang tidak akan lengkap jika tanpa membicarakan juga
PASKIBRAKA. Sampai saat ini aku juga masih belum percaya jika aku bisa menjadi
anggota PASKIBRAKA 2013. Perjuangan yang begitu panjang, mulai dari mengikuti seleksi
di sekolah dan setelah itu baru seleksi antar sekolah yang ada di kota dan
seterusnya. Tidak hanya di situ, perjuangan ternyata baru dimulai setelah kami
lulus menjadi anggota PASKIBRAKA, bayangkan saja, pengambilan seragam latihan
pun harus dilakukan dengan cara merayap di kolam lumpur terlebih dahulu, air
yang kotor di tambah bau yang begitu merebak dari lumpur tersebut membuat kami
benar-benar mual. Tugas berat pun kami pikul setelah kami resmi menjadi siswa
PASKIBRAKAK. Dua bulan digembleng agar menjadi pribadi yang lebih baik membuat
kami benar-benar “dongkol” pada awalnya. Semua kegiatan harus dilakukan dengan
cepat, lari pagi, jalan jongkok, guling botol, push up, sit up, jungkir balik
dan yang tidak terlupakan adalah “sikap taubat”. Semua itu membuat kami
benar-benar menjadi seperti tawanan Belanda. Hidup benar-benar penuh kekangan,
bayangkan saja semuanya dilakukan dengan hitungan, mulai dari makan sampai
buang air pun juga dihitung. Awal yang sangat susah bagi kami pada minggu pertama dan kedua, namun hal tersebut
tidak lagi terasa setelah memasuki minggu ke tiga dan seterusnya. Persaudaraan
yang terjalin begitu erat hingga membuat kami selalu ingin bertemu dan membuat
kami semangat dalam latihan untuk memberikan yang terbaik. Awalnya kami mengangap
bahwa menjadi seorang pengibar bendera pusaka adalah hal yang biasa saja, hanya
perlu menguasai baris-berbaris saja, ternyata hal tersebut tidak cukup, butuh
kekompakan, menyatukan hati banyak orang, menyatukan semua pikiran menjadi
satu, semuanya benar-benar susah. Tapi yang membuat kami selalu percaya diri
bahwa kami bisa adalah para pelatih dan senior, terutama untuk Ayah Regar, dia
adalah pelatih sekaligus ayah bagi kami semua, usia yang sudah lanjut tidak menghalangi
gerak-geriknya untuk selalu semangat, dan hal itu ditularkannya kepada kami.
Sesuatu yang paling mengesankan adalah ketika kami ditampar menggunakan sendal
swallow, hmm itu adalah rasa sakit yang bener-bener “nikmat”. Tapi kami yakin
tanpa tamparan tersebut kami tidak akan bisa menjadi pribadi yang berani dan
bertanggung jawab hingga kami dapat mengibarkan Bendera Pusaka dengan SUKSES,
Allhamdullilah Ya Allah berkat do’a dari kedua orang tua, pelatih, senior, dan
do’a kmai tiap malam, kami dapat memberikan tangis kebahagiaan untuk orang-orang
yang kami cintai.
Jujur,
baru kali ini aku merasakan rasa haru yang begitu mendalam. Aku akan selalu
mengingat kalian saudara-saudara ku sampai kapan pun. PPI 2013 TOPCHER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar